Video Terkini

Polling Website

Apa Merk Laptop anda ?

Artikel Terakhir

Calendar

« Mar 2024 »
M S S R K J S
25 26 27 28 29 1 2
3 4 5 6 7 8 9
10 11 12 13 14 15 16
17 18 19 20 21 22 23
24 25 26 27 28 29 30
31 1 2 3 4 5 6

Statistik Website

mod_mod_visitcounterVisitors Online9
mod_mod_visitcounterHits42839643
mod_mod_visitcounterToday0
mod_mod_visitcounterYesterday0
mod_mod_visitcounterThis week0
mod_mod_visitcounterThis month0
mod_mod_visitcounterAll days1

Browser Gerbang Penentu Nasib Netter

Browser Gerbang Penentu Nasib NetterBrowser Gerbang Penentu Nasib Netter

Pengguna internet kian dimanja dengan hadirnya banyak pilihan browser. Hanya saja, kadang user kurang kritis soal memilih browser, prioritasnya cuma soal kecepatan. Sementara soal privasi dan keamanan, masih di nomor belakang.

Padahal browser ibarat gerbang masuk bagi netter ke dunia maya. Jika salah memilih pintu maka konten-konten tidak sehat yang didapat user. Sebaliknya, browser yang baik adalah yang bertanggung jawab atas konten yang diterima pengguna.

Menurut praktisi keamanan internet dari Vaksincom Alfons Tanujaya, kalau tujuannya mau cepat, ada browser yang menyediakan proxy sendiri. Termasuk jika mau bebas dari sensor internet, ada browser yang mengakomodir hal itu. 

Namun pengguna jangan lupa, internet tak cuma soal koneksi cepat. Ada unsur keamanan dan privasi yang tetap harus disimpan rapat-rapat di sini. "Kalau mau aman dan tidak dirugikan oleh kepentingan vendor yang kurang bertanggung jawab, serta konten yang sesuai dengan norma dan peraturan yang berlaku mungkin pilih browser yang populer dan banyak direkomendasikan," lanjut Alfons.

"Atau kalau mau lebih aman lagi instal aplikasi bawaan dari pemilik konten," imbuhnya.

Sebab, browser bisa saja memilih celah yang bisa dieksploitasi dedemit maya. Jika sudah begini, pengguna juga yang bakal kena batunya. Mulai dari ancaman malware sampai paparan konten porno bisa menghantui.

Alfons melanjutkan, sebenarnya kredibilitas aplikasi juga bisa dilihat dari cara mereka mempromosikan dirinya. Jika ada aplikasi yang menggunakan cara-cara yang terkadang kurang terpuji ini tentu harus menjadi catatan tersendiri. 

"Misalnya membohongi atau menakut-nakuti pengguna internet supaya menggunakan aplikasinya. Harusnya kredibilitas vendor tersebut patut dipertanyakan dan pengguna patut berhati-hati mempercayakan data historical browsing-nya ke vendor yang melakukan praktek bisnis kurang terpuji," tegas Alfons.

Data browsing tersebut sangat berharga dan berpotensi merugikan pengguna aplikasi jika disalahgunakan. Misalnya hasil pencarian yang diubah sedemikian rupa sehingga menguntungkan pemasang iklan sekalipun hasil tersebut tidak relevan.

Kerugiannya bisa jauh lebih besar dari penghematannya. Misalnya begini, pengguna antivirus gratisan menghemat Rp 200 ribu per tahun dengan aplikasi yang dipasangi toolbar yang kebanyakan masuk kategori PUP (Potentially Unwanted Program). 

PUP itu akan mengubah hasil searching guna memberikan keuntungan bagi pemasangan iklan toolbar. Dan dalam setahun hasil pencarian yang diubah tersebut sangat berpotensi memberikan kerugian lebih dari Rp 200.000.

"Itu kalau asumsinya hanya diubah hasil pencarian. Kalau diarahkan menginstal malware, ransomware atau pornografi? Jelas kerugian potensialnya jauh di atas itu," ungkap Alfons.

Jadi, user perlu pintar-pintar pula dalam memilih browser ataupun aplikasi lain. Jangan lagi mempertimbangkan mana browser yang lebih cepat. "Kalau tujuan short-term yah cuma cari cepat tanpa peduli risiko. Dan potensi pembodohan juga sangat besar," timpal mantan bankir ini.

Kembali ke soal browser, saat ini di pasaran beredar berbagai merek dengan berbagai penawaran fiturnya. Salah satu yang dipertimbangkan adalah soal penggunaan proxy. Cara kerja proxy di browser mobile sama seperti memakai proxy di kantor. Cuma proxy servernya lokasinya di internet dan itu dikelola oleh pembuat browser.

"Makanya tidak bisa difilter oleh Nawala. Wong trafik antara browser dengan proxy browser biasanya dienkripsi dan proxy browser secara teknis bisa ditempatkan di mana saja dan bisa di luar kontrol pihak yang berwenang," jelas Alfons.

"Kira-kira sama seperti proxy gratisan kalau kita mau tembus blokir internet. Cuma bedanya ini dikelola pembuat browser secara resmi. Dari kasus-kasus yang telah terjadi, Vaksincom menyarankan kepada user untuk memilih browser yang cukup peduli dengan konten-konten mereka, browser harus mengikuti aturan yang berlaku di negara tersebut. Bukan malah memilih browser dengan free proxy untuk bisa mengakali filter," tandasnya.



(ash/fyk) 

Sumber : detik.com

Berita Terkait : Internet